PEMBERDAYAAN ANAK REMAJA PUTUS SEKOLAH DESA KRAMATMANIK

Oleh : Lita Budiarti Pamungkas ( Field Fasilitator Desa Kramatmanik )
Perjalanan hidup yang semakin berliku seiring dengan kemajuan zaman menjadi salah satu kendala untuk bergerak lebih luas ketika pendidikan tak lagi mendukung. Impian tinggal impian, karena keterbatasan materil. Hal itulah yang kerap terjadi di sebuah desa yang terhimpit oleh fasilitas juga ekonomi yang lemah. Sebut saja Desa Kramatmanik, desa yang memiliki 14 RT ini sangat minim dalam perkembangan pendidikan. Bahkan untuk menempuh sekolah dasar butuh waktu yang cukup lama bisa sampai ke sekolah. Dengan keadaan tersebut, tak ayal selalu ada saja lulusan Sekolah Dasar tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Mereka lebih memilih menganggur, kuli, atau merantau ke kota untuk sekedar mencari pengalaman dan merubah nasib.

Dilematisnya keadaan ini membuat jumlah angka pengangguran semakin bertambah dari tahun ke tahun. Bagaimana tidak, mereka hanya memiliki ijazah sekolah dasar, membantu-bantu orang tuanya ke sawah atau kebun, selebihnya mereka habiskan waktu tanpa kegiatan lain. Melihat kondisi seperti ini, seolah menjadi ”PR” untuk team HARFA. Maka dari itu, ketika program ”Pemberdayaan Anak Remaja Putus Sekolah” digulirkan menjadi satu peluang untuk menampung dan menggali potensi para anak remaja yang putus sekolah dan putus harapan.
Tepatnya tanggal 08 April tahun 2010, fasilitator Desa mengadakan perkumpulan untuk merekrut para remaja yang sekiranya mau bekerjasama dan mau menggali potensi dalam pemberdayaan kemampuan mereka. Tentunya hal ini tak mudah, karena tidak banyak remaja yang mau bergabung sebab mereka merasa malu dan gengsi (pubertas). Ada beberapa yang lebih memilih untuk tetap terkungkung dalam masa kosongnya tanpa kegiatan atau bekerja. Namun demikian, tidak sedikit pula remaja yang semangat untuk ikut kegiatan pemberdayaan remaja putus sekolah ini.
Dengan terbentuknya 1 kelompok para remaja yang putus sekolah, dengan jumlah 15 orang menjadi satu moment agar mereka mau mengasah potensi meski bekerja di kampung. Sebisa mungkin fasilitator memberi support bahwa mereka bisa sukses walau hanya bergerak di industri home dengan modal seadanya berikut ditunjang oleh semangat yang tinggi. Sukses buKan hanya dimiliki oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi atau mereka yang bekerja di perusahaan-perusahaan. Sukses dapat diraih oleh mereka yang memilki semangat tinggi untuk berubah menjadi lebih baik dengan modal kerja keras, pantang menyerah, juga sabar dan ikhlas dalam menjalaninya. Adanya pertemuan rutin setiap minggu selama sebulan ini, alhamdululillah  kesepakatan terbentuk. Desa yang memiliki kekayaan SDA yang melimpah, seperti umbi-umbian, buah-buahan, menjadi inspirasi untuk mengolahnya menjadi makanan yang lebih bernilai ekonomis. Setelah musyawarah dan meminta pendapat dari masing-masing anggota kelompok ini, akhirnya kami sepakat untuk membuat ”KERIPIK GAUL ANEKA RASA”. Bahan bakunya adalah dari singkong, pisang, ubi dan sukun. Karena keempat bahan tersebut mudah didapat dikampung-kampung, akan lebih memudahkan dalam proses produksinya.
Rata-rata mereka adalah lulusan SD dan SMP. Jadi usia mereka pun memang masih remaja dan masih butuh bimbingan. Semangat untuk merubah nasib tentunya lebih besar karena impian mereka pun masih menggelayut dalam pemikiran mereka. Bahkan terkadang, karena sempitnya lapangan pekerjaan atau sulitnya mencari pekerjaan, ada saja yang lebih memilih dan memutuskan untuk menikah pada usia muda, terutama para kaum wanita dengan alasan bahwa nanti ujung-ujungnya juga pergi ke dapur.
Pada pertemuan berikutnya, kami sepakat untuk merumuskan kepengurusan dan mengestimasikan harga untuk memulai kegiatan tersebut. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya terbentuk kepengurusan dengan masing-masing ”jobdes” nya