Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Template

Powered by Blogger

Jumat, 14 Mei 2010

CERITA PERKEMBANGAN PROGRAM ESP LAZ HARFA DI DESA PARIGI

Oleh : Anis Fuad ( Field Fasilitator Desa Parigi )
Desa parigi merupakan salah satu desa termasuk kecamatan saketi yang terletak di kaki gunung pulosari, dengan kondisi infarastruktur jalan yang bisa dibilang sangat sulit untuk dilalui oleh sarana transportasi, sehingga sangat menghambat proses peningkatan mutu pelayanan masyarakat baik dari aparat desa maupun dari pihak lain. Mayoritas pekerjaan penduduk ds parigi  adalah petani yakni hampir 70%, 20 % buruh dan 5 % pegawai negri sipil sisanya wirasuasta. Dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari2 nya masyarakat parigi mengandalkan hasil bumi yang ada seperti cengkeh, kelapa, melinjo, dan buah2 an musiman. Dikarenakan infra struktur yang rusak parah sehingga proses penjualan hasil bumi masyarakat tersbut kurang lancar ketika harus dijual, walaupun ada yang siap menapung hasil bumi mereka, para penampung menawarkan harga yang sangat murah.
Apabila musim tanam tiba, sudah dipastikan para petani di ds parigi akan menanam padi, pola tanam padi yang mereka gunakan dengan cara penanaman benih banyak dan penanaman yang dalam, menggunakan pupuk kimia secara besar2an, pengairan yang berlebihan dan penggunaan pestisida kimia yang berlebihan. Cara  tersebut sangat meugikan petani karena penanaman benih yang banyak akan memboroskan biaya benih sedangkan penanaman dalam akan mengurangi jumlah anakan, disamping harga pupuk yang mahal juga lama-lama bisa merusak kondisi sawah menjadi tidak subur, pengairan yang berlebihan akan menghambat aerasi tanah sawah sehingga batang padi akan dijadikan proses keluar/masuknya udara sehingga buah yang muncul lebih sedikit dan tidak ada isinya. Penggunaan pestisida kimia secara brutal akan memutus ekosistem yang ada di sawah sehingga penyakit/ hama yang datang tiap musim tanam tiba tidak akan bisa dikendalikan lagi karena musuh alami hama padi tidak ada.
Pada bulan april lembaga laz harfa menawarkan kepada petani untuk mencoba menggunakan pola tanam padi SRI, pada awalnya masyarakat ragu untuk menerima tawaran tersebut karena dikhawatirkan tidak akan mendapatkan hasi/rugi besar. Ada beberapa petani yang sudah mengikuti pelatihan pertanian SRI yang diselenggarakan oleh LAZ Harfa penasaran ingin mencoba metode tersebut apapun resiko yang akan dihadapi. Maka pada bulan april dibentuk sebuah kelompok tani binaan harfa dengan nama barokah tani.
Kelompok tani barokah tani memiliki 12 anggota yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 2 orang perempuan, kelompok ini akan menggunakan lahan seluas 3 ha untuk di jadikan project pilot SRI dengan masing2 anggota memberikan ¼ ha sawah garapannya dengan 5 titik penanaman, titik pertama di kp. Gunungsunda, hunyur, kd embe, nyomplong dan antigati.
Dalam proses nya banyak hala yang terjadi di dalam kelompok tani ini, ada yang ribut antar suami istri, mertua, bahkan petani lain yang melihat metode tanam SRI dngan senang hati mengejek dan menyindir petani SRI.
Tapi setelah berjalannya waktu akhirnya semua berbalik 180 derajat, yang tadinya org2 yang tidak suka ingin ikut menjadi anggota kelompok tani SRI.
Pada bulan november kelompok tani sudah mulai tanam padi SRI sampai bulan desember sudah 2,5 ha yang sudah di tanam padi dengan menggunakan metode SRI, sekarang kelompoktani SRI mengalami penambahan anggota kelompok 2 orang.
Karena letak geografis dan sumber daya alam yang kaya akan rumput maka ds. Parigi merupakan salah satu desa yang sangat cocok untuk beternak ternak ruminansia salah satunya adalah ternak kambing atau domba, ternak domba ini sangat mendukung sekali terhadap peningkatan kesejahtraan masyarakat ds. Parigi yang pada umumnya berprofesi sebagai petani juga hasil limah ternak seperti feses domba bisa di jadikan pupuk organik untuk mendukung program penanaman padi SRI yang berbasis ramah lingkungan. Ini terbukti pada jumlah anggota kelompok ternak telah memiliki anggota 16 orang. bahkan ada salah satu domba yang sudah memiliki anakan 1 ekor jantan dan 2 ekor domba yang sedang bunting.
Desa parigi merupakan daerah yang kaya akan sumber air bersih tetapi belum dimaksimalkan secara sempurna, denga adanya program harfa yang memfasilitasi agar sumber air bersih di desa tersebut bisa di manfaatkan dengan maksimal maka dibangunlah sistem sarana air bersih dengan menggunakan perpipaan sedrhana untuk di alirka ke tiap-tiap rumah. Sekarang sudah lebih dari 80% penduduk desa parigi mendapatkan sarana air bersih. Setelah terbangunnya fasilitas sarana air bersih maka masyarakat desa parigi menyadari akan pentingnya keehatan lingkungan yang terbebas dari bau yang tidak menyenangkan yang berasal dari “tai liar”.

0 komentar:

Posting Komentar